Latest News

Penakluk Waktu

Tik tok tik tok tik tok .............

Ah, suara jam memang paling dominan ketika sunyi. Kutarik kembali selimut yang melingkari tubuhku dengan rapat untuk menghindari tusukan hawa dingin malam hari. Sunyi memang sudah seperti menjadi sahabat bagi ku. Bukan karena tidak ada orang lain dalam kehidupan ku, hanya saja, rasa sepi tak ubah nya seperti kawan karib yang terkadang sangat aku perlukan.

Antara sadar dan tidak di ambang tidur pulas, aku teringat akan suatu masa yang sudah jauh sekali aku tinggalkan. Masa dimana semua hal yang terjadi terekam begitu jelas dalam pita ingatan. Ah masa itu memang membuat sedikit bibirku tersenyum sumringah.

Aku mengenalnya secara tak sengaja di perantauan. Ada yang bilang tak sengaja atau kebetulan itu tidak lah ada, apalagi bagi mereka yang begitu agamis selalu berkata semuanya berkat Tuhan. Aku tidak peduli, pada saat itu yang aku pikirkan hanyalah aku menemukan seseorang yang bisa membuatku bahagia (mungkin).

Aku dan dia memang tak memiliki cerita yang begitu indah, biasa saja pikirku sekarang ini, sangat jauh sekali bila dikatakan bahagia namun juga tidak begitu menyakitkan. Seperti banyak orang lain yang menjalin hubungan kami pun seperti itu, tapi ada sedikit perbedaan. Tidak pernah jalan bareng menjadi pembeda dari semua itu. Memang tidak memikirkan untuk hal itu, tempat kami tak begitu jauh. Selangkah dua langkah kami bisa bertemu.

Tapi jangan terlalu sini menyimpulkan kalau kami tak punya sesuatu hal yang spesial. Spesial menurut takaran ku sendiri. Hal spesial yang seringkali kami lakukan adalah belajar. Yah, belajar, mempelajari materi dari LKS. Tak usah muluk-muluk untuk romantis, cukuplah meromantiskan diri apa adanya. Selama aku dan dia bahagia, hubungan pun akan makin langgeng.

Namun, bak kapal yang berlayar tak selamanya lautan itu tenang. Gelombang kecil sudah pasti ada, badai besar pun kadang menghampiri juga untuk mengombang ambingkan nahkoda. Pasang surut perasaan sudah menjadi makanan 'ringan' yang bermacam-macam rasa. Semua bisa kami berdua lalui.

Sampailah suatu ketika, bukan badai atau gelombang lagi yang datang. Tetapi yang datang adalah bajak laut, yang merompak segalanya dari kapal kami. Sebagai seorang 'kapten' aku berusaha untuk mempertahankan hak ku. Segala upaya sudah ku lakukan, tanggung jawabku untuk mempertahankan juga sudah ku lakukan. Semua tidak sia-sia, sekalipun aku harus merelakan karena ada satu awak kapal ku yang akhirnya di culik.

Aku akhirnya sendirian mengarungi lautan. Lautan ini tak begitu luas, sampai akhirnya aku kembali menemukan perampok yang tempo hari sudah merampas hak ku. Aku sudah siap dengan segala persenjataan yang aku miliki berniat untuk merebut kembali awak kapalku yang telah di culik (sebenarnya dirampas). Ku urungkan kembali niat ku, bukan takut apalagi tak bernyali, setelah kulihat dari jauh dengan teropong ternyata dia bahagia-bahagia saja dengan perampok tersebut.

Ah buat apa juga merebut sesuatu yang menjadi hak orang lain (awalnya hak ku) dia juga sudah bahagia. Atau kemungkinan aku lah yang terlalu bodoh karena memang pernah berkomunikasi dengan perampok tersebut. Aku merelakan ? Tidak, aku tidak rela. Ini bukan kisah sinetron yang katanya merelakan jika dia bahagia dengan orang lain. Aku tak akan rela sampai kapanpun pikir ku waktu itu.

Waktu memang akan merubah segalanya, termasuk perasaan. Berselang beberapa puluh bulan, aku sendiri lupa dengan sendirinya peristiwa itu. Bukan berniat untuk melupakan, semuanya mengalir begitu saja bak air bah yang menghancurkan rintangan. Tak usah melupakan, karena lupa akan datang sendirinya. Itulah kesimpulan yang aku tarik.

Tik tok tik tok .......
Ah, aku tersadar kembali. Pukul dua malam lewat delapan belas menit. Aku sudah kepala dua, hampir tiga. Sudah begitu banyak waktu yang ku taklukan. Setiap detik yang berjalan, sebanyak itu pula waktu yang ku taklukan. Bayang-bayang masa sembilan tahun silam ada sedikit terbesit dipikiran, bukan kecewa yang kurasakan dan juga tidak lagi jengkel.  Perampok itu sudah mati lama sekali. Kutarik kembali selimut ku, kali ini bukan untuk tidur, tetapi merapikan tempat tidur dan beranjak ke meja komputer untuk menyelesaikan deadline kerja ku.

Waktu yang ku taklukan mungkin saja adalah waktu yang terbuang ~

0 Komentar pada "Penakluk Waktu"

- Masukkan komentar agar kita bisa saling mengenal satu sama lain
- Jangan memasukkan link pada komentar ya